Senin, 09 Maret 2009
Belajar Berobsesi
Secara resmi Syamsul mengantikan Sa’aduddin untuk mengemudikan biduk lembaga wakil Rakyat sampai tahun 2009 mendatang. Dengan sisa waktu yang ada, Syamsul dituntut perannya agar lebih mengoptimalkan fungsi dan kinerja DPRD untuk membawa masyarakat kabupaten bekasi ke arah yang lebih baik. “Saya tidak pernah terobsesi sebelumnya untuk menjadi ketua DPRD, hidup saya mengalir begitu saja, prinsipnya dimanapun saya bekerja dapat bermanfaat untuk orang lain” kata pria kelahiran Bekasi 20 September 1967 yang juga pernah belajar ekonomi islam di International Islamic University, Islamabad Pakistan 1987-1992. Sepulang dari Pakistan, dalam rentang waktu 1993-1995, disela-sela kesibukannya sebagai ahli perbankkan, Syamsul masih sempat mengajar di STDI Husnayain, Madrasah Aliyah Attaqwa dan Sekolah Tinggi Agama Islam Attaqwa. Padahal pada waktu itu, sarjana ekonomi islam hanya ada tiga orang di Indonesia termasuk Syamsul, dan banyak dicari oleh berbagai perusahaan ternama. “Saya mencintai dunia pendidikan” kata suami Dra. Hj. Endang Aminawati yang menamatkan Program Diploma dan Master bidang ekonomi perencanaan pembangunan di University Kebangsaan Malaysia 1995 – 1998. Gelar master ekonomi islam yang ia sandang semakin memapankan kapasitas keilmuannya, apalagi pada waktu itu konsep ekonomi islam sedang mengeliat di Indonesia. “Pada tahun 1998 bersama beberapa orang teman saya sepakat untuk membangun Partai Politik” Kata Syamsul yang masuk dalam katagori generasi awal pembentukan Partai Keadilan (PK) kabupaten Bekasi. Pada saat PK berubah menjadi PKS untuk mengikuti Pemilu 2004, Syamsul dicalonkan untuk menjadi anggota DPRD kabupaten bekasi dan berhasil menjabat untuk periode 2004-2009. “Bagi saya politik adalah alat, bukan tujuan” kata Syamsul yang pernah menjabat sebagai ketua DPD Parpol. Namun Syamsul tidak menyangkal bahwa godaan kekuasaan sangat mengiurkan. “Yang menilai konsistensi pengabdian saya itu orang lain bukan saya” kata Syamsul yang semasa kuliah pernah menjabat sebagai Sekjen ASEAN Muslim Student Association (AMSA) Islamabad Pakistan serta mewarisi gen politik dari keluarga besar KH. Noer Alie. Maka tidaklah mengherankan jika Syamsul cepat menyesuaikan diri dengan ritme politik yang dinamis dan karir politiknya cepat melejit. Sebagai putra asli bekasi, Syamsul setidaknya membuktikan bahwa dirinya mampu bersaing dalam kancah politik praktis. “Menjadi Ketua DPRD, saya harus kerja ekstra, mengingat tugas dan tanggung jawab yang saya emban tidaklah enteng, apalagi dengan sisa waktu yang ada” kata Syamsul saat ditemui diruang kerjanya seusai acara pelantikan. Menurut Syamsul, dirinya harus kerja ektra dan hati-hati untuk mengurai beragam masalah yang bersengkarut di tengah kultur masyarakat bekasi yang plural dan luasnya wilayah. Menurut Syamsul, problem yang mendesak untuk segera ditangani adalah pendidikan dan kemiskinan. Tawaran konsepnya adalah pembangunan berkelanjutan berbasis potensi lokal, sehingga proses pemerataan pembangunan dapat cepat terlaksana. “ruhnya birokrasi adalah melayani masyarakat” kata ayah dari Muhamad Akaram, Muhamad Syukri Faiz, Miska Adila, Diena Tsabita, Rama Maemunah, Hilma Zakia. Berkenaan mengenai pemekaran daerah, Syamsul menegaskan mendukung rencana tersebut dan siap jika nanti daerah pemekaran membutuhkan sumbangan tenaga dan pikirannya. Ketika ditanya apakah dirinya punya keinginan menjadi kepala daerah, Syamsul hanya tersenyum. “Jika nanti wilayah utara dimekarkan, sebagai orang utara saya siap mengabdi” papar Syamsul.“Saat ini saya sedang belajar berobsesi” kata Syamsul yang menguasi bahasa arab, inggris dan urdu sambil tertawa, karena merasa heran dengan dirinya yang tidak pernah punya obsesi dalam karir politiknya. Menurut Syamsul, ia sedang giat membaca biografi orang-orang besar, dirinya untuk sementara berkesimpulan bahwa setiap orang besar selalu memiki cita-cita yang besar pula. (Bratha)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar