Senin, 09 Maret 2009

Merana di Tengah Kekayaan Potensi

Kab. Bekasi Peringati HUT Ke-58
Merana di Tengah Kekayaan Potensi
MESKIPUN pada 15 Agustus ini Kabupaten Bekasi telah memasuki usia yang terbilang mapan, 58 tahun, rakyat yang berada di daerah ini masih menghadapi cukup banyak masalah dalam kehidupan mereka. Pembangunan memang tetap dijalankan, namun kenyataan di lapangan, beragam ketimpangan masih mudah ditemui, di tengah kekayaan potensi yang dimiliki. Kabupaten Bekasi bagaikan si kaya yang merana, karena tak dapat memanfaatkan kekayaannya.
Tingkat kemiskinan masih bercokol di angka 111.277 kk dari total penduduk 1.950.209 jiwa. Di bidang pendidikan, terdapat 220 Sekolah Dasar yang rusak parah atau setara dengan 1.320 ruang kelas. Angka putus sekolah sebesar 16.000 anak. Terdapat 1.300 anak yang menderita gizi buruk. Belum lagi penyebaran penyakit menular seperti kaki gajah (filariasis) sebesar 83 orang dan 150 orang yang terinfeksi serta dinyatakan endemik menempatkan Kabupaten Bekasi di posisi tertinggi se-Jawa Barat maupun nasional. Penderita penyakit Lepra juga mengalami peningkatan dari 257 orang pada tahun 2007 menjadi 352 orang tahun 2008. Tercatat 229 orang di kabupaten ini pun dinyatakan mengidap HIV-AIDS.
Masalah lainnya adalah buruknya sarana irigasi yang menyebabkan ribuan petani selalu merugi setiap tahunnya. Kekurangan air bersih juga sampai saat ini masih dirasakan oleh warga Kabupaten Bekasi yang tinggal di wilayah pinggiran bagian utara seperti Muara Gembong, Babelan, dan Tarmajaya, serta pinggiran selatan semisal Bojongmanggu dan Setu. Di kawasan ini memang ada sekitar 3.000 perusahaan swasta, namun pengangguran tak dapat ditekan hingga masih tercatat sedikitnya 100.000 orang.
Menyikapi ironi di usia yang sudah matang itu, Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, Syamsul Falah menyatakan, agar tidak melihat keadaan secara parsial. Menurut dia, lambatnya pembangunan di Kabupaten Bekasi juga disebabkan konsep pembangunan sebelum pemekaran yang tersentral di satu wilayah yang saat ini disebut Kota Bekasi. Akibatnya, daerah Kabupaten Bekasi jauh tertinggal dari anaknya, tersebut.
Meskipun masih banyak masalah di sana-sini, kata dia, dinamika pembangunan tetap menggeliat. Disebutkan, tahun ini terdapat lonjakan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dari Rp 156 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp 185 miliar. Sedangkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 1,5 triliun dengan pendapatan yang diperoleh dari pajak, bagi hasil pajak, migas, bagi hasil migas, Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum.
Pemekaran
Lebih jauh Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, Syamsul Falah memastikan, perubahan wajah Kabupaten Bekasi terlihat cukup mencolok pada 3 tahun ini. Prasarana jalan meningkat sebesar 15% dan infrastruktur 13%. Ia memaparkan beberapa contoh, antara lain, pembangunan jembatan layang di pintu tol Cikarang barat, pembangunan jalan tembus dari Taruma Jaya ke Batu Jaya Karawang sepanjang 32 kilometer, serta jembatan penghubungnya.
Peningkatan prasarana jalan ini, kata Syamsul, akan membuka akses transportasi daerah utara Bekasi yang selama ini seperti terisiolasi sehingga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah itu. Rencananya, sambung Syamsul, juga akan dibangun jalan tol Tanjung Priok-Cibitung. "Akses transportasi industri yang ada di Cibitung dan Cikarang akan sangat terbantu," ujar Syamsul, ketika ditemui di gedung DPRD Kabupaten Bekasi, Kamis (14/8).
"Sumber daya alam Kabupaten Bekasi berupa minyak dan gas, bisa menjadikan Bekasi sebagai kota industri dan migas terbesar di Pulau Jawa jika dikelola secara baik" ujarnya menambahkan.
Bedasarkan data yang diperoleh, potensi alam kabupaten memang memberikan harapan. Daerah belahan utara memiliki cadangan minyak bumi sebesar 195 miliar barel, sedangkan gas bumi mencapai 19 BSCF yang diperkirakan tidak akan habis dieksplorasi sampai 30 tahun mendatang. Angka ini konon setara dengan blok Cepu.
Migas tersebut tersebar di 7 blok, yaitu Sasak, Rancajawa, dan Pondok Tengah Utara (Kecamatan Muaragembong), Blok Pondok Makmur (Kecamatan Cabang Bungin), Blok Tegal Pancing (Kecamatan Sukatani). Sedangkan dua blok lainnya sudah dimulai dieksplorasi yaitu Pondok Tengah dengan kapasitas produksi 2.000 barel minyak mentah per hari dan Lapangan Tambun (30 sumur), Kecamatan Babelan 12.000 barel/hari.
Di Blok Pondok Tengah sendiri cadangan minyaknya mencapai 35 MMFCS (million matrix standard cubic feet). Potensi ini sebagian sudah dikelola oleh BUMD milik Pemkab Bekasi, PT. BBWM, dan menyumbang PAD sebesar Rp 6,7 miliar pada tahun 2007. Meski demikian, Syamsul menegaskan, arah pembangunan tidak boleh meninggalkan setor pertanian yang makin tergerus industrialisasi, selain tetap meneruskan pengembangan ekonomi kerakyatan.
Sementara itu, Bupati Bekasi, Sa`aduddin, mengakui banyaknya pekerjaan rumah Pemkab. Bekasi. Ia pun berjanji akan terus melakukan perbaikan dan peningkatan di semua sektor. Pendidikan, kata Bupati, menjadi salah satu prioritasnya, dengan mengalokasikan anggaran sebesar 20% dari APBD. Siswa sekolah dasar tidak dikenai biaya uang gedung dan biaya bulanan. "Targetnya tahun 2010 sudah tidak ada lagi sekolah yang rusak," ujar Sa`aduddin saat ditemui di sela-sela Deklarasi Pemilu Damai, Sabtu (16/8).
Untuk melakukan upaya pemerataan pembangunan yang selama ini dinilai terdapat ketimpangan antara utara dan selatan, Pemkab saat ini sedang mengkaji pemekaran daerah Kabupaten Bekasi. Jika layak dan memungkinkan, kata Sa`aduddin, pemekaran diharapkan dapat mempercepat peningkatan ekonomi masyarakat Kabupaten Bekasi. (JU-16)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar